Selasa, 05 Januari 2010

resensi sang pemimpi

hmm, saya punya hobby baca buku atau novel, pokoknya mah bacaan and now i will share you some books i've read. i hope it will be benefit for you :)

Judul : Sang Pemimpi Penulis : Andrea Hirata Penyunting : Imam Risdiyanto Penerbit : Bentang Pustaka Kota Terbit : Yogyakarta Tahun Terbit : 2008 Cetakan ke- : 20 Ukuran Buku : 13 cm x 20,5 cm Tebal Buku : x + 292 halaman Mimpi dan Masa Depan Novel non-fiksi yang berjudul Sang Pemimpi ini menceritakan tentang tiga anak kampung pedalaman Melayu. Mereka memiliki mimpi yang bagai punguk merindukan bulan, yaitu ingin melanjutkan sekolah hingga ke Prancis, menjelajahi Eropa, bahkan sampai ke Afrika. Tiga anak pemimpi itu adalah Ikal, Arai, dan Jimbron. Walau terdengar mustahil, anak – anak Melayu ini tidak peduli. Mereka memiliki tekad baja untuk mewujudkan mimpi mereka. Hidup di daerah terpencil, kemiskinan, dan kepahitan hidup tidak menjadi pantangan bagi mereka. Ikal, Arai, dan Jimbron memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi. Mereka bahu membahu untuk mewujudkan mimpi mereka. Andre Hirata, sang penulis, yang lahir di Belitong dalam berbagai interview tidak pernah ingin disebut penulis ataupun sastrawan. Walaupun buku – buku yang sudah ia tulis selalu menjadi best seller, ia selalu berkata bahwa tulisan – tulisannya hanyalah sebuah curahan hati yang ingin ia ceritakan. Sang Pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi. Buku ketiganya adalah Edensor. Ketiga buku yang sudah ramai terpampang di setiap toko buku ini berhasil meraih prdikat National Best Seller dan buku pertamanya yang berjudul Laskar Pelangi sudah difilmkan beberapa waktu lalu. Andrea Hirata juga seorang pemimpi, karena tokoh Ikal dalam novel ini tak lain dan tak bukan adalah Andrea Hirata sendiri. Sekarang ia tengah mengejar mimpinya untuk tinggal di Kye Gompa, desa tertinggi di dunia, di Himalaya. Bagi pembaca, ada satu hal yang mengganjal mengenai novel ini. Yaitu, pada cover novel tertulis bahwa Sang Pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi. Kesan pertama yang ditangkap pembaca saat melihatnya adalah novel Sang Pemimpi ini merupakan lanjutan dari novel sebelumnya yang menceritakan tokoh Ikal bersama teman – teman SD-nya, pasukan Laskar Pelangi, namun dalam tema yang berbeda. Akan tetapi, pada kenyataannya novel Sang Pemimpi tidak mengulas tentang Laskar Pelangi. Kisah mengenai Laskar Pelangi hanya diceritakan sekali dan sekilas. Selain hal yang mengganjal diatas, secara keseluruhan novel ini hampir tidak ada cela. Ceritanya sangat menarik dan menggugah. Kalimat – kalimat yang dirangkai penulis begitu indah sehingga berhasil membawa pembacanya berkelana ke sudut – sudut kehidupan anak Melayu yang polos dan sederhana, namun memiliki kekuatan cinta, persahabatan, pengorbanan, dan tekad yang kuat. Dari segi bahasa penulis berhasil membuat pembaca berdecak kagum karena kata – kata yang dipilihnya berpendidikan, cenderung sains tetapi berseni tinggi, namun mudah dimengerti. Pesan yang penulis sampaikan melalui rangkaian kata – kata dan kalimat pun berhasil sampai ke hati pembaca. Pembaca disadarkan bahwa kemiskinan dan berbagai hambatan lain yang mempersulit cita – cita seseorang bukanlah alasan untuk berhenti bermimpi karena mimpi adalah gambaran dari masa depan seseorang. Jika seseorang tidak memiliki mimpi sungguh merugi orang itu. Novel ini terbagi menjadi 18 bagian atau bab dan di setiap bab itu terdapat hal – hal menarik yang dialami tokoh – tokohnya. Salah satu hal menarik yang disukai pembaca terdapat pada bab “Baju Safari Ayahku” yang menceritakan bagaimana ayah Ikal yang pendiam, namun begitu sayang pada Ikal dan Arai. Halite terbukti ketika ayah Ikal harus menempuh jarak 30km dengan sepeda untuk mengambil rapor Ikal dan Arai. Ayah Ikal harus bangun pagi – pagi sekali untuk mempersiapkan dirinya di hari pembagian rapor itu. Beliau mengenakan baju Safari empat saku yang hanya beliau pakai khusus untuk acara ini, yang telah disetrika dan diberi wangi – wangian pandan. Bagi beliau hari itu adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Penasaran dengan hal – hal menarik lainnya? Berhasilkah Ikal, Arai, dan Jimbron mewujudkan mimpi mereka untuk menginjakkan kaki di Universitas Sorbonne, Prancis? Temukan jawabannya dalam “Sang Pemimpi” karya Andrea Hirata.

0 komentar:

Posting Komentar