Ganteng Ganteng Kok Norak…
Rentetan buku di perpustakaan menjadi pandangan yang cukup akrab untuk seorang mahasiswi Ekonomi Manajemen Universitas Islam Indonesia Yogyakarta yang akhir – akhir ini selalu menyibukkan dirinya di tempat tersebut untuk mencari buku referensi sebagai bahan skripsinya. Hari itu Mandy dan teman seangkatannya, Ana, sedang sibuk mencari buku yang memang sulit untuk mendapatkannya karena buku itu merupakan buku yang laris dipinjam anak – anak jurusan Ekonomi Manajemen.
“Duuh.. harus cari buku itu dimana lagi sih Na?” keluh Mandy.
“Ya sabar dong Dy.. Coba aja tanya ke petugasnya.” Ana memberi saran.
Ana mandekati meja penjaga yang terletak tepat di sebelah pintu masuk, dan disitu duduk seorang lelaki berparas cukup tampan, putih, dan berkacamata yang sedari tadi sibuk dengan pekerjaannya.
“Mas, mau tanya kalo buku ‘Teori Ekonomi’ karangan Hanoch Mc Cartny ada gak?” tanya Mandy.
“Oh..! Sebentar saya bantu carikan.” jawab lelaki penjaga itu dengan ramah.
Ana yang lebih sering mengunjungi perpustakaan dan lebih mengenal penjaga perpus yang biasa dipanggil Mas Arby oleh para mahasiswa tersebut melalui cerita – cerita dari orang lain, merasa heran dan langsung menggerutu di belakang Arby.
“Eh, Dy! Tumben banget tuh Mas Arby mau bantuin mahasiswa yang lagi kesusahan nyari buku. Biasanya
Memang aneh. Karena Arby dikenal sebagai sosok yang dingin, tidak ramah, dan jarang sekali terlihat bersama - sama dengan teman – teman seangkatannya., bahkan mungkin dia tidak mempunyai teman apalagi teman perempuan. Mandy yang tidak menyadari keanehan hal itu menanggapi omongan Ana dengan sambil lalu.
“Habis dapet duit kali. Jadi bawaannya seneng mulu! Hi..hi..”
Namun anehnya, perubahan yang terjadi pada Arby itu hanya dirasakan oleh mereka berdua terutama Mandy. Setiap Mandy berkunjung ke perpus, Arby selalu dengan ramah menyapanya dan membantu mencarikan buku yang Mandy perlukan. Bahkan, terkadang juga membantu Mandy menyelesaikan skripsinya, karena Arby juga seorang asisten dosen di fakultas yang sama. Dan tidak hanya itu, Arby pun sudah mulai melakukan pendekatan, seperti menelepon Mandy dengan rutin kaya minum obat tiga kali sehari dan masih banyak lagi tanpa memperdulikan bahwa Mandy sudah memiliki kekasih bernama Fedi yang tinggal di luar
Awalnya, Mandy menganggap bahwa semua yang dilakukan Arby hanya usahanya untuk dapat berteman dengannya. Namun, makin lama Arby makin agresif. Arby mulai mengajak Mandy kencan. Seperti yang terjadi pada malam ini. Mandy menerima ajakan Arby dengan terpaksa sebagai ucapan terima kasih karena selama ini telah membantunya dalam mengerjakan tugas kuliah dan skripsinya.
“Malam Bu, ada Mandy?” tanya Arby pada ibu kost yang membukakan pintu.
“Oh, nak Mandy?
Malam ini, Arby memakai pakaian yang sangat mengundang perhatian anak - anak satu kost, terlebih Mandy. Arby datang dengan dandanan rambut klimis belah pinggir, celana panjang hitam sedikit cut bray, dan yang lebih mengejutkan lagi dia mengenakan baju batik Yogya yang biasa dipakai para anggota DPR jika sedang dinas, ditambah lagi wangi parfum melati yang cukup membuat Mandy hampir muntah karenanya.
Mandy yang sudah berdandan cantik layaknya kalau dia pergi kencan dengan Fedi, langsung terkejut melihat cowok dengan dandanan seperti bapak – bapak yang sedang duduk di kursi ruang tamu dan sekarang sedang tersenyum padanya. Di benak Mandy langsung tersirat niat untuk membatalkan rencananya pergi malam itu, karena ‘apa kata orang kalo ngeliat Mandy yang cantik jalan sama orang kaya gitu??’ nanti dikiranya Mandy demen sama om – om lagi! Tapi, akhirnya Mandy mengurungkan niat tersebut semata – mata karena tidak tega.
“Halo.. Kamu cantik banget..” sapa Arby sangat kaku. Mungkin karena sebelumnya dia tidak pernah berkencan apalagi memuji perempuan seperti barusan.
“Kamu kok dandanannya santai banget?” tanya Arby kepada Mandy yang saat itu hanya mengenakan jins dan blus pink.
“Tapi nggak apa deh..” lanjut Arby.
Mandy selalu menanggapi omongan Arby dengan dingin yang maksudnya agar Arby tahu bahwa Mandy sangat terganggu dengan dandanannya. Mereka berangkat dengan motor dan sesampainya di tempat tujuan…
“Lho..! Kok kita berhenti disini?” tanya Mandy sambil melihat keadaan sekelilingnya yang ramai dan terlihat di kejauhan panggung organ tunggal yang diisi dengan nyanyian campur sari.
“Oh! Iya..! Aku lupa ngasih tahu kamu, kalo sebenarnya malam ini aku mau ngajak kamu buat nemenin aku ke hajatan dosenku..” jawab Arby.
Mendengar itu, Mandy kaget setengah mati dan langsung terpaku di hadapan meja pager ayu.
“Kok kamu malah diem disitu?” tegur Arby.
“Kok kamu ngajak aku kesini sih? Bukannya kita mau jalan – jalan?” tanya Mandy.
“Jalan – jalan? Ngapain? Buang – buang duit aja. Mendingan kita kesini
Mandy sangat kaget mendengar jawaban Arby. Memang, Arby adalah orang yang sangat hemat. Ia jarang sekali terlihat di kantin. Tapi, kalo mau makan aja kudu ke kondangan sih namanya udah pelit. Mandy terpaksa masuk dan ikut makan di sebelah Arby karena perutnya sudah dangdutan dari tadi. Setelah makan mereka tidak langsung pulang melainkan Mandy harus dibuat kesal dengan menghilangnya Arby saat mereka mengucapkan selamat pada pengantin dan betapa terkejutnya Mandy saat melihat Arby sedang berjoget mengikuti irama campur sari di atas panggung. Baru Mandy sadari ternyata Arby bukan hanya pelit tapi juga norak!!
“Ih... nyebelin banget!! Nggak lagi deh jalan sama dia!!” gerutu Mandy. Dan ia terpaksa menunggu sampai Arby puas berjoget. Dan setelah Arby turun dari panggung, Mandy langsung pasang muka jutek dan sayangnya Arby tidak menyadarinya. Dan saat di parkiran motor…
“Lho kok motornya nggak dinyalain?” tanya Mandy.
“Kita pulang jalan kaki aja ya.. soalnya biar hemat.
‘Gila aja!! Tempat kondangan ama kost
Mandy langsung berniat untuk melupakan kejadian malam ini dan sekaligus melupakan cowok yang udah bikin tensi darahnya naik. Keesokan harinya, Arby mendatangi kost Mandy.
Ketukan pintu Arby membuat Mandy terbangun. Saat itu jam 10 pagi dan Mandy tidak ada jadwal kuliah pagi. Ketukan Arby semakin keras ketika dia melihat Mandy yang masih tertidur. Dan sesaat kemudian, Mandy terbangun karenanya. Melihat Mandy terbangun, ketakutan Arby terhadap perempuan itu seketika muncul kembali dan menimbulkan inisiatif di kepalanya untuk bersembunyi di balik sofa yang ada tepat di depan kamar Mandy dan tidak menemui Mandy. Dari balik sofa, Arby mengintai Mandy yang sedang kebingungan mencari makhluk yang telah mengganggu mimpi indahnya.
“Duuh.. siapa sih yang ngetok pintu??” ucap Mandy sendiri.
Setelah dia yakin tidak ada siapapun disana, Mandy memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya kembali.
“Dy.. buka pintu! Aku mau minta maaf soal tadi malem. Please bukain..” pinta Arby.
“Oh, God!! Dia lagi!” ucap Mandy di dalam kamarnya.
Muncul sebuah ide di otak Mandy. Dia bergegas meraih handphone dan mengirim pesan kepada teman sebelah kamarnya.
Sent to: 085224232xxx
Mba, tolong bilangin ke cowo di depan kamar aku, aku gak ada. Thank’s..
“Mas, Mandy nya lagi kuliah tuh..” ucap teman sebelah kamar Mandy.
“Enggak kok mba! Mandy ada. Tadi saya liat dia buka pintu.” jawab Arby polos. “Tapi saya ngumpet!”
“Ya udah salah sendiri!”
Arby akhirnya memutuskan untuk menulis
Hari – hari berikutnya, Mandy tidak pernah datang lagi ke perpus. Arby di lain pihak, masih mencoba untuk menghubungi Mandy. Namun, tak pernah dapat tanggapan dari Mandy. Hingga akhirnya di siang bolong seperti ini, Arby nekat bertindak.
Di kantin kampus, Arby berdiri diatas kursi sambil membawa toa.
“Mandyyyyyyyyy, saya tahu kamu bias denger saya dari sini. Saya minta maaf Mandyyyyyy!!!!” Arby teriak.
Semua mahasiswa yang berjarak 500 meter dari tempat Arby berada kontan langsung lari ke kantin karena penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Dan Arbby benar, Mandy memang ada di dekat situ.
“Mandyyy, saya mohon maafkan saya. Saya tidak akan berhenti melakukan hal ini kalo kamu ndak kesini dan bilang kalo kamu maapin saya.”
Di tempat lain Mandy bergumam, “Bodo amat, lo yang malu bukan gue. Grrrrr, ganteng – ganteng kok norak.”
Fin.
0 komentar:
Posting Komentar